Kamis, 03 November 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan


 
PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

Setelah pembelajaran hari ini saya memahami bahwa….

  • Sekolah ibarat sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan faktor abiotik (unsur yang tidak hidup)
  • Faktor biotik: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/TendikPengawas sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah, Dinas terkait, Pemerintah Daerah
  • Faktor abiotik: Keuangan, Sarana dan prasarana, Lingkungan alam
  • Ada 2 cara pandang melalui pendekatan yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Approach) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Approach)

  • Pendekatan berbasis aset digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yaitu setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. 

Setelah pembelajaran hari ini saya akhirnya mampu….

  • Mengidentifikasi aset/kekuatan yang ada di daerah saya, sekolah dengan cara memetakan berbagai sumber daya yang ada dan strategi pemanfaatannya secara efektif
  • Mengubah cara pandang dan berpikir saya dengan kondisi sumber daya sarana dan prasarana yang minim dengan cara berpikir berbasis kekurangan/masalah (deficid based thingking) menjadi berpikir berbasis aset/kekuatan (Asset based thingking), dengan harapan dapat bersama-sama menciptakan pembelajaran yang berkualitas

 

Perasaan saya setelah mengikuti pembelajaran hari ini adalah saya merasa sangat senang dan bersyukur karena dapat....

  • memahami pembelajaran modul 3.2. tentang pemimpin dalam pengelolaan sumber daya bersama rekan-rekan CGP lainnya
  • Dapat memahami dan memetakan sumber daya yang ada di sekolah dan sekitar sekolah kecamatan Purwokerto Timur, dengan memahami potensi, menganalisa dan mengola aset yang ada hal ini dapat mewujudkan pembelajaran yang berkualitas yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid

Setelah melakukan pembelajaran hari ini, target saya berikutnya adalah….

  • Mengenali dan menganalisa aset/kekuatan sebagai 7 aset modal utama yang dimiliki sekolah maupun yang ada di sekitar sekolah untuk dapat diberdayagunakan dalam pengembangan sekolah
  • Berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk memanfaatkan aset sekolah secara optimal untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid
  • Mengajak rekan sejawat dan murid secara periodik meninggalkan cara berpikir berbasis kekurangan/masalah (deficid based thingking) yang selama ini menjadi kebiasaan dengan beralih berpikir berbasis aset/kekuatan (Asset based thingking)

 

 

Selasa, 01 November 2022

3.2.A.8. Koneksi Antar Materi

 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

1.  Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan 'Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya' dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.

Pemimpin yang mampu untuk mengelola sumber daya yang ada yang dimiliki sebagai suatu kekuatan dan aset, dan tidak berfokus pada kekurangan/masalah (deficit-based approach) tapi berupaya pada pemanfaatan kekuatan dan aset (asset-based approach) yang dimiliki untuk diimplementasikan di dalam kelas, sekolah maupun lingkungan di luar sekolah. Dengan membangun sisi positif yang dimiliki (asset-based thinking), maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan meningkat dan kemudian akan berkembang secara berkelanjutan.

Implementasi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya di kelas

Pemimpin pembelajaran dapat menerapkan Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) merupakan cara praktis menganalisa, menggali dan memetakan hal-hal yang positif sehingga timbul perasaan optimis walaupun dengan sumber daya yang minin. Pada implementasinya di kelas pemimpin dapat mendayagunakan kekuatan sumber daya yaitu modal manusia yaitu siswa dan modal lingkungan/alam untuk dapat menerapkan pembelajaran berdfiferensiasi, dengan kekuatan berbasis aset juga melalui siswa dan diajak untuk berpikir positif maka dapat menjadikan kelasnya sebagai tempat yang menyenangkan melalui menghias kelas, pojok baca sehingga tercipta suasana nyaman dan menyenangkan untuk belajar.

Implementasi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya di sekolah

Pengelolaan sumber daya berbasis aset di lingkungan sekolah sangat memungkinkan pemimpin untuk menerapkannya karena sekolah dapat menggali kekuatan yang ada diantaranya memiliki modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam yang terkadang memiliki kekuatan sumber daya yang sangat kurang. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa positif dan meyakini bahwa setiap orang memiliki potensi dan aset positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan sekolah. Pemimpin pembelajaran mampu menggali potensi dari teman sejawat dengan mengajak berdiskusi tentang menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan bagi teman lainnya, murid, menggerakkan teman sejawat dalam rangka mensukseskan visi dan misi sekolah, melakukan kegiatan pelatihan-pelatihan terkait peningkatan kompetensi sebagai guru, menggerakkan murid untuk melakukan budaya positif.  

Implementasi pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya masyarakat sekitar sekolah

Pemimpin pembelajaran dapat menganalisis dan menggali potensi sumber daya masayarakat sebesar-besarnya dengan pendekatan berbasis aset (asset-based approach), sebagai bagian dari aset sekolah yaitu komite, orang tua wali, dan  masyarakat sekitar dimana unsur-unsur tersebut juga merupakan bagian dari pusat pendidikan bagi anak selain keluarga dan sekolah. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat sehingga harus bisa diberdayakan untuk pengembangan program sekolah yang berpihak dan berpusat pada murid. Sebagai bentuk implementasi dari pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari aset sekolah adalah sebagai sumber belajar bagi murid tentang kebudayaan dan kearifan lokal, pengembangan pembelajaran diluar kelas melalui pelaku usaha kecil dan menengah, belajar tentang adat istiadat dan lain sebagainya.

 

2.  Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas?

Sekolah sebagai sebuah komunitas yang dapat mengelola aset dan sumber daya sebagai modal utama yaitu modul manusia, sosial, fisik, lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya yang ada di sekitar lingkungan sekolah, dengan sumber kekuatan yang dimiliki kita dapat merencanakan pembelajaran yang berpihak dengan murid. Memahami dan memetakan tentang potensi yang ada dilingkungan sekolah untuk dijadikan sumber belajar baik di dalam kelas maupun diluar kelas, kekuatan agama dan budaya di sekitar lingkungan belajar dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, melihat peluang dan potensi finansial lingkungan dapat juga dijadikan kekuatan untuk mensukseskan program-program sekolah.


Contoh pengelolaan sumber daya yang terdapat dalam 7 modal utama:

SMP Negeri 1 Purwokerto berlokasi di tengah kota Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas dengan dikelilingi oleh beragam pendukung sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengembangan aset-aset sekolah terutama pengembangan pembelajaran bagi murid dan guru. Pengelolaan sumber daya yang terjalin selama ini dan terus dikembangkan yaitu sekolah melakukan kerjasama sebagai Modal Manusia dalam rangka pembelajaran dan sosialisasi terkait dengan perbankan (BNI, BCA, BRI), BUMN (PLN), BNN, Kepolisian, Polres, Kejaksaan, Puskesmas, DPRD Kab Banyumas. Sebagai Modal Fisik sekolah yang berdiri di lahan yang tidak luas dan prasarana yang kurang memadai maka kerjasama dengan taman edukasi air, lapangan sepakbola milik kabupaten Banyumas yang keberadaannya dekat dengan sekolah, RRI Purwokerto sebagai sarana untuk melatih siswa untuk menjadi penyiar, Mall yang dijadikan untuk pelaksanaan pelaksanaan projek penguatan profil pelajar pancasila dengan teman kewirausahaan, Perpustakaan Daerah dan musium perbankan (BRI) sekolah jadikan aset bagi pengembangan pembelajaran siswa, sebagai pendukung yaitu Modal Finansial sekolah menjalin kerjasama dengan DPRD sebagai penyaluran dana aspirasi, dana hibah dari perbankan, menjalin kerjasama dengan alumni untuk penyaluran beasiswa dan bantuan fisik bagi sekolah, aset pendukung lainnya adalah Modal Sosial dengan menjalin kolaborasi dan komunikasi dengan PMI Kab. Banyumas, Ikatan Dokter Indonesia Kab. Banyumas dan dinas Koperasi, Modal Agama dan Budaya sekolah melakukan kerjasama dan kolaborasi dengan seniman dalam rangka pengembangan minat dan bakat murid, untuk mengembangkan bidang agama sekolah mengadakan MOU dengan pihak UIN Purwokerto dan gereja Purwokerto, sebagai Modal Alam/Lingkungan sekolah memanfaat sumber air dan sungai yang berada disebelah sekolah sebagai sarana penelitian

3.     Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Modul 1.1. Filosofi Pendidikan KHD

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat."

Peran pemimpin pembelajaran adalah melakukan pendekatan berbasis aset, hal ini dapat diwujudkan dengan pembelajaran yang berkualitas dan murid yang merupakan modal manusia yang terdapat di sekolah yang dapat dikembangkan potensinya baik bakat dan minat dengan didukung dari seluruh warga sekolah dan masyarakat.

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Salah satu peran Guru Penggerak memiliki nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Guru penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran, mampu menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, serta mewujudkan kepemimpinan murid. Dengan memahami 7 aset yang ada di sekitar sekolah maka kita bisa melaksanakan peran kita sebagai Guru Penggerak.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Visi guru penggerak sekaligus untuk mencapai visi sekolah guru penggerak melakukan pendekatan berbasis IA (Inkuiri Apresiatif) dan memetakan 7 aset sebagai modal utama serta mampu merancang prakarsa perubahan yang dituangkan dalam canvas BAGJA, untuk dipakai dalam pengelolaan sumber daya, hal ini upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, organisasi, dan masyarakat sekitarnya.

Modul 1.4 Budaya Positif

Budaya positif adalah sikap, nilai-nilai kebajikan, keyakinan-keyakinan, kegiatan-kegiatan dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh guru dan murid dari dalam dirinya dan mempunyai dampak positif terhadap oranglain. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus mampu mengajarkan budaya positif agar kelak dapat bermanfaat dan menjadi kebiasaan positif, salah satunya pembelajaran yang berkualitas.

Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Penerapan pembelajaran Berdiferensiasi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berkualitas dan berpihak pada murid yang di dalamnya terdapat keputusan guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas dengan memetakan aset yang ada yaitu modal manusia adalah murid, dengan mengetahui karateristik serta kebutuhan murid (kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid), mampu menghadirkan strategi pembelajaran melalui diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk

Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional

PSE adalah Pembelajaran sosial dan esmosional yang diperlukan oleh seluruh warga sekolah secara berkolaborasi agar warga sekolah memiliki rasa kesadaran diri, kesadaran sosial, manajemen diri, keterampilan berelasi, dan pengambilan bertanggungjawab, hal ini dapat mengantarkan warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan

Modul 2.3. Coaching

Coaching adalah suatu kegiatan kolaborasi yang dilakukan untuk membantu mengekplorasi dan memaksimalkan potensi murid (coachee). Dengan memahami proses coaching yang baik melalui pertanyaan-pertanyaan efektif dalam komunikasi yang asertif maka coach dapat menggali potensi murid dan mengembangkannya dalam berbagai strategi yang disepakati, hal ini pun juga dapat digunakan sebagai supervisi akademi untuk dalam menggali potensi guru dalam memaksimalkan proses pembelajaran dan pembelajaran yang berpihak pada murid

Modul 3.1. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Seorang pemimpin pembelajaran akan dapat mencapai tujuan dengan baik, tetapi tidak jarang dihadapkan dengan dua situasi yaitu dilema etika dan bujukan moral ketika dihadapkan dengan hal tersebut maka harus mampu menyelesaikan masalahnya dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal tersebut sangat berkaitan dengan pengelolaan asset atau sumber daya sekolah untuk kepentingan murid.

Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Kemampuan seorang pemimpin dalam mengelola 7 aset/modal utama di daerah/sekolah sebagai kekuatan untuk mewujudkan visi dan misi sekolah dan untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (well-being)

4.     Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, terkadang saya masih berpikir berbasis kekurangan dan ketidakpercayaan diri untuk mampu mensukseskan kegiatan-kegiatan di sekolah maupun di kelas, setelah mempelajari modul ini, seorang pemimpin harus selalu berpikir berbasis kekuatan/potensi/asset sehingga akan berpikir positif dan berhasil walaupun mempunyai sumber daya yang terbatas dan kurang. Maka selanjutnya saya akan terus merubah paradigma bahwa Pemimpin pembelajaran harus menggunakan pendekatan berbasis asset dalam pengelolaan sumber daya dan mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah maupun masyarakat sekitar sekolah, sangat penting membangun kolaborasi dengan berbagai elemen pemangku kebijakan, berfokus pada pengembangan untuk mengembangkan sumberdaya, membiasakan diri dengan membangun potensi kolaborasi dan pertanyaan yang memberdayakan seperti “apa yang sudah berhasil?, “bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja potensi yang kita miliki?”, “faktor pendukung apa saja yang bisa menjadikan berhasil?”, dan lain-lain. Dengan lebih banyak membangun sisi positif yang dimiliki, maka kekuatan sumber daya yang ada dipastikan akan meningkat dan kemudian akan berkembang secara berkelanjutan

 

 

Senin, 31 Oktober 2022

3.2.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 3.2




Tujuan Pembelajaran Khusus:

  • CGP dapat menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada.
  • CGP dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada.
  • CGP dapat mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video.
  • CGP dapat menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini.

Setelah kita bersama-sama berproses, berlatih melihat, dan mengidentifikasi aset serta kekuatan yang dimiliki daerah bersama rekan lainnya, saatnya kita menganalisis tayangan video praktik baik yang menggambarkan pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan kualitas pembelajaran murid.  Dalam menganalisis video ini, Bapak dan Ibu CGP kembali mengaitkan pengetahuan mengenai visi, prakarsa perubahan, dan BAGJA yang sudah didiskusikan pada modul 1.3 sebelumnya.


ANALISIS VIDEO PRAKTIK BAIK

Kira-kira apakah visi dari sekolah tempat guru dalam video tersebut mengabdi?

Setelah mencermati tayangan video tentang praktik baik yang dilakukan guru dalam memanfaatkan sumber daya sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, menurut saya visi dari sekolah SDN Cipanas Kota Serang, adalah "Mewujudkan Merdeka Belajar Dalam Lingkungan Yang Nyaman Dan Menyenangkan Menuju Karakter Profil Pelajar Pancasila".

Apakah prakarsa perubahan yang akan dilakukan oleh guru dalam tayangan video?

Prakarsa perubahannya adalah "Mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk belajar"



Apakah Pertanyaan Utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video tersebut?


Pertanyaan utamanya adalah "Bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan 

untuk belajar?"



Kegiatan/tindakan apa yang dilakukan oleh guru dalam tayangan video yang menggambarkan tahapan:


        B - Buat Pertanyaan 

    • Guru mengajak rekan sejawat untuk merumuskan prakarsa perubahan yang akan dilakukan dan akan dilakukan di kelas.
    • Guru menuliskan pertanyaan pemantik di papan tulis tentang Penyemangat Belajar
    • Guru bertanya kepada murid tentang apa yang muncul di pikiran murid tentang tulisan di papan tulis "Penyemangat Belajar"
    • Guru bertanya kepada murid tentang apa yang mereka sukai dari kelas mereka.

A - Ambil Pelajaran

    • Guru mengajak murid berkunjung ke kelas 2 dan kelas 6 saat jam istirahat.
    • Guru membagi murid menjadi empat kelompok.
    • Masing-masing kelompok melihat-lihat suasana kelas yang mereka kdikunjungi dan mencatat hal-hal yang mereka temui di kelas tersebut.
    • Murid-murid bertanya kepada murid kelas 2 dan kelas 6 yang ada di kelas tentang apa yang mereka sukai dari kelas mereka.
    • Guru mengajak murid berdiskusi dalam kelompok tentang apa yang mereka lihat dan mereka sukai dari kelas yang sudah dikunjungi, serta memberikan alasannya.

G - Gali Mimpi

    • Guru membagikan alat dan bahan yang sudah disiapkan untuk masing-masing kelompok.
    • Guru memberi waktu dua menit dan mengajak murid menutup mata untuk membayangkan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan serta menjadi penyemangat dalam belajar. 
    • Guru meminta murid menggambarkan kelas yang tadi dibayangkan, yaitu kelas yang nyaman dan menyenangkan yang menjadi penyemangat belajar mereka.
    • Murid bekerja dalam kelompok menggambar kelas yang nyaman sesuai dengan yang mereka bayangkan.
    • Murid mempresentasikan kelas impian mereka di depan kelas.
    • Guru mengambil penilaian saat murid melakukan presentasi. 

J - Jabarkan Rencana

    • Guru bersama-sama murid membuat daftar apa saja yang akan dilakaukan untuk membuat kelas impian.
    • Murid secara bergantian mengungkapkan pendapatnya.
    • Guru menulis pendapat murid di papan tulis.

A - Atur Eksekusi

    • Murid diberi kesempatan berkontribusi untuk menentukan pembagian tugas dalam kelompok.
    • Guru bersama dengan murid mendiskusikan waktu pelaksanaannya.
    • Guru meminta murid menyiapkan alat dan bahan untuk mewujudkan kelas impian.
    • Guru memberikan motivasi dan dorongan semangat kepada murid.
    • Murid bekerja bersama sesuai tugas masing-masing kelompok dengan bantuan dan pengawasan guru.

 

Apa peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video?


Sebagai pemimpin pembelajaran, guru sebagai motivator dan fasilitator bagi muridnya untuk

berkembang, dengan mengajak murid dengan pendekatan asset based thinking, Peran guru yang

tampak dalam video tersebut menggambarkan guru sebagi organisator, dengan menciptkan proses

belajar yang menyenangkan dan berpikir untuk menciptakan dan mewujudkan kelas yang nyaman dan

menyenangkan.


Apa saja modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalan tayangan video? lalu bagaimana pemanfataannya?

  • Modal manusia : Guru, teman sejawat, dan murid yang aktif, kreatif, untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan.
  • Modal fisik : Ruang kelas yang bisa dibuat menjadi kelas yang menyenangkan, dan ruang kelas lain yang dapat dijadikan sumber inspirasi.
  • Modal Sosial (guru di sekolah tersebut saling mendukung dan berkolaborasi dalam komunitas praktisi, begitu juga dengan pada murid memiliki kemampuan bekerja sama dalam kelompok dalam mewujudkan kelas sebagai lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan.
  • Modal lingkungan/alam : Beberapa bahan alam yang  bisa digunakan untuk menghias kelas, seperti daun kering, biji-bijian, dll.
  • Modal finansial : Menggunakan beberapa kertas, lem, dan alat kebutuhan lainnya yang disediakan oleh sekolah, di mana kebutuhan tersebut dibeli menggunakan anggaran sekolah.

Berpikir positif untuk sebuah perubahan akan menciptakan lingkungan yang positif 

Salam Bahagia!

 

Jumat, 21 Oktober 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan (Modul 3.1) Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

 



Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah di kesempatan yang berbahagia ini saya dapat merefleksikan diri terkait pembelajaran dan pengalaman pada modul 3.1. program guru penggerak angkatan 5 tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Sebagai penuntun bagi murid kita berpedoman pada filosofi Ki Hajar Dewantara, dimana guru menjadi teladan, fasilitator, motivator dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip sebagai guru penggerak sangat mempengaruhi dalam pengambilan suatu keputusan, memenuhi kebutuhan murid dengan mempelajari modul tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin dan diwujudkan dalam aksi nyata, dengan refleksi ini diharapkan calon guru penggerak dapat terus belajar dan belajar sepanjang hayat.

Model yang saya gunakan dalam penulisan jurnal ini adalah 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

1. Fats (Peristiwa)

Pada minggu ini saya memasuki modul 3 dengan diawali pre test sebagai test awal untuk memasuki pembahasan tentang “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah”, dan hal ini merupakan informasi untuk menambah pengetahuan saya sebagai calon guru penggerak di sekolah.

Kegiatan pembelajaran pada modul ini meliputi :

    1. Mulai dari Diri
    2. Eksplorasi Konsep
    3. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi
    4. Ruang Kolaborasi
    5. Demontrasi Kontekstual
    6. Elaborasi Pemahaman
    7. Koneksi Antarmateri
    8. Aksi Nyata 

Banyak pengalaman dan pembelajaran baru yang didapat diawal pembelajaran modul ini, kesulitan yang saya hadapi diantaranya saya mengalami kesulitan memahami isi dari modul 3.1., terutama menerapkan konsep 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan baik saat kolaborasi maupun pada saat penerapan di demontrasi konstekstual tetapi dengan bantuan Fasilitator, teman-teman CGP serta dukungan teman lainnya dan membaca sumber-sumber yang ada akhirnya dapat memahami alur dari isi modul ini.

2. Feelings (Perasaan)

Modul 3.1 merupakan satu tantangan baru tentang bagaimana pemahaman kompetensi dan penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dengan baik, diawal ada rasa bingung untuk memahami konsep tersebut terutama saat diruang kolaborasi terhadap pemaparan antara dilema etika dan bujukan moral dengan penyelesaian 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Namun setelah mendapatkan masukan dan penjelasan yang lebih lengkap dari teman sejawat maupun masukan fasilitator akhirnya dapat memperbaiki kesahalan yang masih ada pada kelompok kami

Saya menyadari bahwa melalui hasil presentasi tugas yang kami sajikan masih ada kekliruan membuat pemahaman saya lebih terbuka mengenai perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral, dengan membandingkan hasil kerja kelompok kami dengan yang dikerjakan kelompok lain.

3. Findings (Pembelajaran)

Modul 3.1. mengajarkan saya bagaimana seorang pemimpin dengan nilai-nilai kebajikan dalam mengambil suatu keputusan, diantaranya :

  •       Memahami dan membedakan dilema etika dan bujukan moral dengan mengidentifikasi dilema berdasarkan 4 paradigma, yaitu (1) individu lawan masyarakat (individual vs community), (2) Rasa keadilan lawan rasa kasihan ( Justice vs Mercy), (3) Kebenararan lawan kesetiaan (Truth vs Loyality), Jangkah pendek lawan jangka Panjang (Short Term vs Long Term).

  •           Memahami tentang tiga prinsip dilema etika yaitu : (1) Berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking), (2) Berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), (3) Berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking)

  •        Memahami tentang Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan di antaranya: (1) Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini, (2) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, (3) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, (4) Pengujian benar atau salah, terdiri atas : Uji Legal, Uji Regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji Halaman  Depan Koran, dan Uji Panutan/Idola, (5) Pengujian Paradigma Benar lawan Benar, (6) Melakukan Prinsip Resolusi, (7) Investigasi Opsi Trilema, (8) Buat Keputusan, (9) Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

 4. Future (Penerapan)

Sekolah sebagai salah satu tempat aksi nyata positif dapat diwujudkan dimana kita dapat melakukan dari hal yang sederhana dan bermanfaat bagi orang lain, sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan dilema etika dan bujukan moral baik ditingkat sekolah maupun penerapan dikelas. Dengan mempelajari modul ini membuat perubahan pola pikir saya dan mengajarkan saya untuk melihat kasus-kasus yang ada sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid dengan berpedoman pada nilai-nilai kebajikan, modul dapat diterapkan pada diri saya sebagai pendidik dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran karena akan dijadikan pedoman bagi yang dipimpin. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit yaitu mengambil keputusan yang efektif dan membuat nyaman bagi setiap orang yang terlibat.  Hal ini juga akan berimbas pada intritusi dimana tempat kita menjalankan tugas.

Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi pemimpin dengan nilai-nilai kebajikan yang dimilikinya.


Wassalamualaikum wr.wb.


Senin, 10 Oktober 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan (Modul 2.3) Coaching untuk Supervisi Akademik



Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah di kesempatan yang berbahagia ini saya dapat merefleksikan diri terkait pembelajaran dan pengalaman pada modul 2.3 program guru penggerak angkatan 5 tentang Coaching Untuk Supervisi Akademik.

Melangkah maju untuk bergerak demi memenuhi kebutuhan murid dengan mempelajari modul coaching dan diwujudkan dalam aksi nyata, dengan refleksi ini diharapkan calon guru penggerak dapat terus belajar dan belajar sepanjang hayat.

Model yang saya gunakan dalam penulisan jurnal ini adalah 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.

1. Facts (Peristiwa)

Serangkaian aktivitas yang dilakukan dalam pembahasan pembelajaran modul yaitu diawali mulai dari modul 2.3.a.3 mulai dari diri, kegiatan nya yaitu merefleksikan diri saya tentang pandangan dan supervisi di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi konsep modul 2.3.a.4.1 yang membahas tentang coaching, perbedaan antara metode pengembangan diri coaching, mentoring, konseling, fasilitasi dan training, konsep coaching secara umum, bagaimana coaching dilakukan dalam konteks pendidikan, paradigma coaching dilihat dari sistem Among yang merupakan konsep dari Ki Hajar Dewantara, selanjutnya masuk ke modul 2.3.a.4.2 tentang eksplorasi paradigma berpikir coaching dan prinsip-prinsip coaching dalam komunikasi yang memberdayakan untuk pengembangan kompetensi, juga mengaitkan antara paradigma berpikir dan prinsip-prinsip coaching dengan supervisi akademik, selain itu disana juga dijabarkan perbedaan antara coaching, kolaborasi, konsultasi, dan evaluasi dalam rangka memberdayakan rekan sejawat, pembelajaran dibantu dengan contoh-contoh dengan video percakapan coaching dengan bahasan bagaimana menjadi seorang coach. Selanjutnya di modul 2.3.a.4.3 di Bahas tentang kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching , disini dipelajari alur coaching mulai dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab yang diakronimkan menjadi TIRTA, TIRTA menurut bahasa yaitu air, pada tahapan ini diharapkan seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir dan kita presence atau kehadiran secara penuh kita sebagai coach, dengan memberikan perhatian penuh maka kita dapat menggali dari seorang coachee tentang permasalahan yang dihadapinya dan coachee akan dapat menemukan solusinya sendiri, menjadi seorang pendengar aktif dengan sesekali memberikan tanggapan atas apa yang sedang dibicarakan oleh coachee, dan dibahas tentang keterampilan membuat pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching, selain itu, modul ini juga membahas tentang jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana aksi, coaching untuk melakukan refleksi, coaching untuk memecahkan masalah dan coaching melakukan kalibrasi, selanjutnya di forum diskusi eksplorasi kami saling melakukan pemantapan pemahaman dengan berdiskusi antar CGP. Pada modul 2.3.a.5 yaitu ruang kolaborasi secara daring saya berpasangan dengan Bu Diana melakukan kegiatan percakapan coaching untuk benar-benar memberikan pengalaman coaching secara nyata dengan teman sesama CGP, dan hasil percakapan divideokan dan diunggah sebagai salah satu tagihan dari LMS, kemudian pada modul 2.3.a.6 demonstrasi kontekstual, kami dikelompokkan dengan beranggotakan 3 orang (Bu Titi, Bu Riani, dan saya membuat video percakapan dengan 1 CGP menjadi observer, 1 CGP lain menjadi coach, dan 1 CGP lainnya menjadi Coachee, kami melakukan praktik secara bergiliran, kegiatan ini menambah pemahaman kami tentang bagaimana seharusnya menjadi observer, apa yang perlu diperhatikan pada saat pra observasi, saat observasi dan pasca observasi. Selanjutnya saya belajar modul 2.3.a.7 yaitu elaborasi pemahaman bersama pak Truko membahas tentang coaching dan supervisi akademik lebih dalam lagi. Untuk menambah refeksi pemahaman tentang supervisi akademik dan proses coaching maka saya membuat koneksi antar materi modul 2.3, selanjutnya yaitu membuat rancangan aksi nyata yang berkaitan dengan supervisi akademik yang dilakukan dengan teman sejawat di sekolah, dan pada hari jumat, 7 oktober 2022 adalah lokakarya 2 dan hari tersebut saya melakukan test akhir modul 2, dilanjutkan membuat refleksi dwi mingguan.

2. Feelings (Perasaan)

Modul 2.3 membawa saya tentang bagaimana pemahaman kompetensi dan prinsip-prinsip coaching dengan alur TIRTA, saya sangat semangat dan senang mengikuti aktivitas pembelajaran tentang coaching ini. Pada modul 2.3. ini kita diarahkan bagaimana menjadi coach yang baik, membuat pertanyaan yang berbobot dengan praktik langsung bersama para CGP lain membuat pemahaman baik tentang modul 2.3.

3. Findings (Pembelajaran)

Modul 2.3. memberikan saya banyak pengetahuan dan pembelajaran yang banyak tentang bagaimana menjadi coaching dengan tahapan dan alur TIRTA serta melakukan supervisi akademik yang baik guna membantu pengembangan diri rekan sejawat, pada fase ini saya diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:yang pernah saya dapati mulai dari konsep Ki Hajar Dewantara tentang tujuan pembelajaran, tentang peran dan nilai guru penggerak, tentang pembelajaran berdiferensiasi yang berkaitan juga dengan Pembelajaran Sosial dan Emosional yang semuanya berkaitan dengan coaching dan supervisi akademik.

4. Future (Penerapan)

Sekolah sebagai salah satu tempat aksi nyata positif dapat diwujudkan dimana kita dapat melakukan dari hal yang sederhana dan bermanfaat bagi orang lain, sebagai seorang guru, saya tentunya sering menjumpai banyak permasalahan di lapangan yang terkait dengan potensi para murid dan mungkin rekan sejawat. permasalahan tersebut seringkali menjadi salah satu penghambat kemajuan seseorang dalam mencapai tujuannya, bahkan mereka bisa saja tidak sadar akan kemampuan dan kekuatan yang mereka miliki untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu, coaching sangat perlu dilakukan untuk bisa membantu mengatasi permasalahan tersebut. Selanjutnya saya berharap praktik baik ini bisa dilakukan juga oleh rekan sejawat lainnya. Sehingga semua mampu menjadi coach yang baik bagi muridnya dan orang lain.

Wassalamualaikum wr.wb.

 

 

Langkah-langkah Membuat Blog

Mengetahui tentang bagaimana cara membuat blog di Blogger dapat menjadi langkah awal untuk membangun bisnis online ataupun sekedar menyalurk...